Site icon Vivagoal.com

Peter Schmeichel, Si Tangguh dari Skandinavia

Peter Schmeichel, Si Tangguh dari Skandinavia

Vivagoal Berita Bola Manchester United sempat memiliki kiper tangguh dalam wujud Peter Schmeichel. Kiper asal Denmark memang banyak catatkan tinta emas bersama the Red Devils di medio 90an. Ia juga mampu menjadi salah satu pemain paling disorot dari Skandinavia.

Schmeichel, yang lahir pada 18 November 1963 sempat menghabiskan waktu mudanya dengan mentas bersama tim-tim lokal Denmark macam Gladsaxe-Hero BK dan Hvidovre. Namun karirnya menyeruak ke permukaan kala menerima pinangan salah satu raksasa Denmar, Brondby pada 1987. Ia mendulang kesuksesan di kancah domestik dengan menjuarai empat gelar Liga dan satu Piala Liga dalam lima musim karirnya.

Namanya bahkan sempat hadir di Euro 88 kala pelatih Timnas Troels Rasmussen memanggilnya untuk memperkuat tim dinamit. Sejak saat itu, Schmeichel kerap hadir dan mengawal Timnas di berbagai ajang internasional sejak saat itu.

Pasca Brondby, Schmeichel menyeberang ke Inggris dan bergabung dengan Manchester United dengan mahar 505 ribu paun. Karir manisnya bersama Setan Merah pun dimulai. Kiper asal Denmark langsung mengunci satu tempat di tim utama dan menjadi bagian dari awal kesuksesan klub di bawah Alex Ferguson.

Di musim perdana, ia sempat hantarkan tim menjadi juara Piala Liga dan menjadi runner up Piala Liga untuk kali pertama sepanjang sejarah klub. Ia, bersama beberapa nama terkenal lain macam Brian Laudrup dan Henrik Larsen, mampu hantarkan Denmark menjuarai Euro 92. Sebuah prestasi yang belum bisa diulang oleh tim dinamit sampai saat ini.


Baca Juga:


Setelahnya, ia kembali ke United dan tetap menjadi pilihan utama di bawah mistar. Konsistensi permainan dan kehebatannya dalam mengawal gawang tetap terjaga. Bahkan di musim 1992/93, Schmeichel mampu mencatatkan 22 cleansheet dan mengantar United untuk kali pertama menjuarai Liga dalam 28 tahun terakhir. Catatan tersebut dipermanis dengan gelar individu “The World’s Best Goalkeeper” yang diraihnya untuk kali kedua.

Ia mentas 8 tahun bersama United dan mencatatkan berbagai gelar baik di kancah domestik maupun interkontinental macam Lima Premier Laeague, Tiga Piala FA dan satu Liga Champions. Ia juga menjadi bagian dari treble winners Manchester United di tahun 1998 silam kala mengandaskan Bayern Munich secara tragis di final.

Pindah dan Menjadi Rival

Schmeichel memutuskan angkat kaki dari Man United pasca mendulang treble winners. Ia menerima pinangan Sporting Lisbon lantaran sudah lelah dengan jadwal padat yang dimainkan di Inggris. Ia hengkang di usia 35 tahun. Masa muram United pasca kepergiannya, United kesulitan mencari pengganti sepadan.

Beberapa nama sukses didatangkan mulai dari Mark Bosnich, Massimo Taibi, Ricardo, Raimond van der Gouw, Nick Culkin, Andy Goram, Tim Howard, Roy Carroll, Fabien Barthez. Semua nama yang disebut belum biisa menggantikan kepergian Schmeichel sebelum akhirnya Edwin Van Der Sar hadir di tahun 2005. United butuh waktu 7 tahun guna mencari kiper yang bernar-benar tangguh. Kepergian Schmeichel pun disoroti mantan rekan setimnya, Andy Cole.

“Di usia 35,” tulis Cole, “dia (Schmeichel) berkata musim dingin Inggris dan jumlah pertandingannya menggerogoti tubuhnya dan [Schmeichel] memilih bermain di iklim Portugal yang lebih hangat, di [negara yang] jumlah pertandingannya lebih sedikit.”

“Melihat ke belakang, dia harusnya bertahan di Manchester. Jika melihat usia Edwin van der Sar, penjaga gawang utama United saat ini (saat Cole menulis komentar ini), yang bulan depan berulang tahun ke-40, terlihat bahwa penjaga gawang masih bisa bermain di dekade kelima hidup mereka.”

Ia menghabiskan dua musim di Sporting dan sempat mempersembahkan gelar domestik bagi klub. Kedatangannya hadir pasca klub melepas salah satu bakat muda terbaiknya, Simao Saborsa. Pasca semusim, ia sempat menderita cedera lutut dan hal tersebut membuat kesempatan mainnya sempat tereduksi.

Ia kembali ke Inggris, tempat yang sempat ia katakana lumayan sibuk untuknya dan memperkuat Aston Villa. Ia hanya semusim berada di Kota Birmingham dan kemudian kembali ke Manchester guna memperkuat City.

Ada satu momen di Bulan November 2022 kala Schmeichel mengapteni City dan bermain melawan United. Ia sempat ingin bersalaman dengan Gary Neville dan mantan rekan setimnya itu menolak untuk berjabat tangan di tunnel menuju lapangan. Terkait insiden tersebut, Neville pun mengungkapkan alasannya.


Baca Juga:


“Pada saat dia kembali, dia bermain untuk Manchester City. Kamu tidak bisa bermain untuk Manchester City. Aku penggemar United dan aku tidak bisa bermain untuk Manchester City, aku tidak bisa bermain untuk Leeds, dan aku tidak bisa bermain untuk Liverpool. Itu sudah tertulis di batu. Kamu tidak bisa lah bermain untuk klub-klub itu, terlepas dari apa yang terjadi,” ungkapnya seperti diwartakan Mirror.

“Jadi kalau ada masalah tidak berjabat tangan dengan Peter Schmeichel, aku juga tidak berjabat tangan dengan saudaraku (Phil Neville) ketika dia menjadi Kapten Everton. Dan itu bukan karena aku tidak suka saudaraku. Aku menyukainya, dia baik-baik saja. Berjabat tangan itu di akhir pertandingan saat kamu sudah selesai bertarung.”

Spesialnya, di laga tersebut, City menang dengan skor 3-1 via gol Nicolas Anelka dan sepasang gol Shaun Goater. United hanya mampu memperkecil ketertinggalan lewat aksi Ole Gunnar Solksjaer.

Happy Birthday, Schmeichel

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version