Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Robin Van Persie “The Flying Dutchman”

Obrolan Vigo: Robin Van Persie “The Flying Dutchman”

Vivagoal Berita Bola – Robin Van Persie merupakan talenta Belanda terbaik yang hadir di lini depan. Kehadirannya sekaan mempertebal kedigdayaan juru gedor Negeri Kincir baik di level tim nasional maupun level klub.

Sejak lama, Belanda memang memiliki tradisi melahirkan penyerang kelas wahid. Sejak era Johan Cruyff, Marco Van Basten hingga Ruud Van Nistelrooy, tim Bunga Tulip seakan tak pernah kehabisan juru gedor. Nama Robin Van Persie pun masuk dalam peredaran. Semasa bermain, Robin memang dikenal sebagai juru gedor yang garang kala berada di kotak penalti lawan.

Van Persie, yang lahir pada 6 Agustus 1983 memulai karir di salah satu tim raksasa Eredivisie Feyenoord Rotterdam. Membela salah satu dari tiga tim raksasa Liga Belanda jelas merupakan sebuah keuntungan lantaran kans untuk dilirik tim besar Eropa lebih terbuka lebar.

Bert Van Marwijk merupakan pelatih yang menemukan bakat besarnya. Bahkan dalam usia 19 tahun, namanya tercatat sebagai pemain yang membela De club aan de Maas di partai puncak Europa League tahun 2002 silam. Kala itu, si Merah Putih sukses meraih gelar intercontinental pasca menekuk Borussia Dortmund di partai puncak dengan skro 3-2. Ajaibnya, gelar tersebut merupakan gelar terakhir yang direngkuh tim belanda di kompetisi Eropa.


Baca Juga:


Bahkan dalam tahun yang sama, Persie sukses mendulang gelar sebagai pemain terbaik Belanda. Catatan tersebut pun membuatnya mendapatkan kontrak profesional dari Feyenoord. Meski mendapat ekstensi anyar hingga tiga musim ke depan, peringai buruk Persie terkait sifat tempramennya kembali muncul. Seringnya sang pemain meledak-ledak sejatinya bukan hal baru. Sikap tempramennya bahkan membuat mantan tim juniornya dulu SBV Excelsior melepas ke sisi merah Rotterdam.

Puncak dari sikap tempramen sang pemain terlihat kala ia mulai berkonflik dengan Bert van Marwijk. Pelatih yang kelak menjadi menantu Ravael Van der Vaart itu pun bahkan mengambil keputusan tegas dengan mencadangkan sang pemain. Persie pun sempat tak dibawa ke dalam skuat kala Feyenoord berhadapan dengan Real Madrid di final Piala Super Eropa. Hal tersebut merupakan puncak dari gunung es yang membuat Persie dan timnya harus berpisah untuk sementara waktu. Tepat di tahun 2004, Persie memutuskan hengkang ke Premier League dan bergabung denngan Arsenal.

Jalan Berliku di Arsenal

Bergabung di Arsenal dengan mahar hanya 4,5 juta Euro, kedatangan Persie ke London Utara diwarnai dengan skeptisme yang sama seperti awal kedatangan Dennis Bergkamp ke Higbury dari Inter Milan di pertengahan 90an. Hal tersebut seakan menjadi nyata tatkala di tahun perdananya, Persie disebut melakukan tindak perkosaan saat bersama Timnas Belanda kala Training Center di Rotterdam. Ia sempat ditahan hingga 14 hari sebelum dibebaskan.

Setelah rangkaian tuduhan yang tak mengenakan hinggap kepadanya, P,ersie pu harus berurusan dengan cedera yang sempat membelit di awal karir bersama Gunners. Namun, Wenger yang selalu ada di belakangnya selalu men-supports si Dutchman muda.

Geliat awal kebintangannya mulai muncul di tahun 2006-07, meski masih memiliki sosok Thierry Henry dalam skuat, Persie sukses menjadi pencetak gol terbanyak klub dengan torehan 13 gol dan enam assist dalam 31 penampilan di berbagai kompetisi klub. Bahkan catatan tersebut membaik dua musim berselang tatkala ia mampu menorehkan 20 gol untuk Arsenal.

Pasca kesuksesan Persie, Arsenal harus dihadapkan pada kenyataan pahit, Thierry Henry, Freddie Ljungberg memutuskan untuk angkat kaki dari tim Gudang Peluru. Gunners pun lantas mendatangkan sejumlah nama baru macam Eduardo Da Silva, Bachary Sagna hingga Lass Diarra. Mendatangkan pemain berkelas minor nyatanya berdampak pada konsistensi skuat yang mulai terlempar dari perburuan gelar. Musim tersebut, Theo Walcott dan kolega hanya mampu finish di peringkat ketiga klasemen akhir.


Baca Juga:


Pada musim-musim berikutnya, hasil kurang lebih sama mematri Gunners, Arsenal yang dulunya digadang menjadi penantang United maupun Chelsea dalam perburuan gelar harus puas hanya menghuni zona empat besar. Tiket ke Liga Champions setiap tahunnya seakan menjadi sebuah pencapaian prestis bagi tim gudang peluru. Dalam periode tersebut, Persie juga sudah diplot sebagai kapten tim.

Puncak permainan eks Feyenord hadir pada musim 2011/12. Kala itu, RvP mampu mencatatkan diri sebagai top skor Premier League dengan catatan 30 gol. Catatan tersebut juga dipermanis dengan kehadirannya sebagai top skor klub di musim tersebut lewat lesatan 37 gol di berbagai kompetisi.

Setelah musim produtif tersebut, bola liar bergulir. Van Persie memutuskan hengkang ke Manchester United semusim setelahnya dengan mahar tak kurang dari 25 juta paun. Kepindahan tersebut menyisakan tanda tanya besar lantaran United merupakan rival besar Arsenal di kancah domestik setidaknya dalam satu dekade terakhir. Label sebagai pengkhianat pun melekat pada dirinya dari pendukung Gunners.

Anti Klimaks di United

Dicerca sedemikian rupa terkait kepindahannya ke tim lain membuat Persie lambat laun gerah. Melalui surat terbuka, ia menyoroti CEO Arsenal kala itu, Ivan Gazidis yang enggan memberinya ekstensi kontrak anyar. Bahkan secara personal, ia menolak anggapan terjadi konflik antar dirinya dan Arsene Wenger.

“Saya menerima semua (kritikan) itu. Namun, saya berani bersumpah demi anak-anak saya, jika ada orang yang bisa memberi bukti kalau Arsenal menawari saya kontrak baru, saya akan memberinya satu juta [pounds] sekarang, hari ini,” ungkap Van Persie kepada The High Performance Podcast, seperti diwartakan Mirror.

“Itu keputusan Arsenal untuk tidak menawari saya kontrak baru, dan itu terserah mereka. Setelah melalui banyak pembicaraan, jadi jelas bahwa kami punya pandangan berbeda tentang klub. Bagi saya, (kepindahan) itu sudah bukan masalah. Inilah kehidupan,” lanjut van Persie.

Bergabung bersama Setan Merah di musim anyar nyatanya langsung membawa berkah bagi Persie. Ia sukses mendulang gelar Premier League yang sudah lama dinantikannya. Beberapa nama yang sempat membela Arsenal juga sempat menjadi juara bagi klub baru macam Cesc Fabregas (Barcelona) hingga Samir Nasri dan Gael Clichy (Manchester City). Tak berhenti sampai di situ, ia juga kembali keluar sebagai top skor klub dengan catatan 26 gol. Setelah juara, kekecewaan muncul dalam diri Persie lantaran Alex Ferguson memutuskan pensiun di akhir musim.

Hal ini sudah barang tentu membuatnya terpukul lantaran kepindahannya ke United karena hadirnya sosok Sir Alex. Bahkan setelah menandatangani kontrak, keduanya sempat berbincang perihal rencana Fergie yang bakal bertahan setidaknya hingga 2015.


Baca Juga:


“Kepergiannya [Ferguson] memberikan kami motivasi ekstra untuk bisa terus sukses dan berada di jalur kemenangan. Semua pemain mengapresiasi apa yang telah dia lakukan terhadap karier kami,” ujar Ferdinand kepada MUTV beberapa waktu lalu.

“Pemain yang paling terpukul dengan kepergiannya adalah Robin. Dia datang setahun sebelum manajer pensiun. Dia langsung merasakan kesuksesan dan dia meminta lebih. Secara jelas, Anda bisa melihat betapa terpukulnya dia ketimbang pemain lain pada waktu itu,” tambahnya.

Pasca hengkangnya Fergie, performa Persie naik turun bak yoyo yang tengah diayunkan. Bersama David Moyes yang menjadi gaffer anyar United, ketajamannya berkurang drastis. Semusim berselang, golnya menurun menjadi 18 di berbagai kompetisi. Bahkan asa ketajamannya meningkat kala United ditangani Louis Van Gaal pun rontok lantaran Persie tak mampu berbuat banyak lantaran hanya mencetak 12 gol.

Padahal, Van Gaal digadang bisa menjadi pelatih yang mampu menaikan moral eks Kapten Arsenal itu lantaran keduanya sempat bekerjasama di Timnas Belanda pada Piala Dunia 2014 lalu. Yang terjadi justru sebaliknya, keduanya terlibat friksi dan Van Gaal menendang Persie keluar United di akhir musm 2014/15.

“Saya berbicara dengan Louis van Gaal dan dia bilang ke saya:’Oke, Robin, kita akan berpisah. Saya adalah pelatih dan kamu pemainnya. Waktumu sudah habis dan kamu harus pergi’,” ujarnya kepada The High Performance Podcast, seperti diwartakan Mirror

“Saya bereaksi: ‘Ya, tapi bukannya saya masih punya kontrak?’ Dia jawab: ‘Saya tak peduli’. Menjelang akhir karier saya, saya merasa akan ada yang terjadi, tetapi tidak sekejam ini. Apalagi cara dia mengeluarkan kalimatnya. Saya kemudian berdiri, menyalaminya, dan pergi,” tandas Van Persie.

Boleh dibilang, perjalanan Persie di United berjalan anti klimaks lantaran ia hanya mampu mendulang satu gelar Premier League bersama Setan Merah dan catatan tersebut diperparah dengan kombinasi konflik yang terjadi di akhir masa baktinya bersama klub. Total, ia hanya mendulang dua gelar mayor di Inggris yakni satu gelar Piala Fa dan satu juara Liga serta beberapa piring cantik dalam wujud Community Shield baik bersama Arsenal maupun United.

Menuju Turki dan Pulang ke Sebagai Lelaki

Pasca meninggalkan United, Van Persie merajut karir di Turki bersama Fenerbahce. Di tim asal Ibu Kota, ia mulai kembali menemukan sentuhan dengan mendulang berbagai gol untuk San Kanaryalar. Meski begitu, ia masih belum bisa memberikan gelar prestis bagi raksasa Turki tersebut.

Dalam periode membela si Kenari Kuning, Persie sempat pulang ke Manchester dan bersua dengan Manchester United di ajang Liga Champions pada 21 Oktober 2016 lalu. Dalam laga  tersebut, ia mampu menceploskan satu gol ke gawang David De Gea dan gol tersebut disambut oleh fans Setan Merah yang memberikan aplus. Alex Ferguson yang hadir pada laga tersebut juga tak luput menepuki aksi mantan anak asuhnya itu.

Dua tahun membela Fenerbahce, Persie memutuskan pulang ke Feyenoord sebagai pria sejati. Ia sempat membela raksasa Belanda itu selama dua musim dan sukses mempersembahkan satu Piala Belanda di musim 2017/18. Total, Persie mampu mengepak 121 penampilan dan mengemas 46 gol serta 16 assist bersama klub di masa mudanya itu. Kini, ia sudah pensiun dan belum menunjukan tanda-tanda bakal mejejal karir di dunia manajerial.

Gefeliciteerd met je verjaardag, Robin!

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version