Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Paul Gascoigne: Pawang Gattuso Hingga “Menggocek” Alex Ferguson

Vivagoal5 Fakta  – Inggris sejak lama dikenal sebagai negara yang kerap menelurkan banyak bibit-bibit pesepakbola hebat, satu diantaranya adalah Paul Gascoigne. Kemampuannya mengolah si kulit budar sudah banyak diakui, namun Ia tentu memiliki kisah unik lain selama karirnya sebagai pesepakbola kelas satu di Eropa.

Tepat pada tanggal 27 Mei Tahun 1967, Paul Gascoigne lahir dengan nama panjang Paul John Gascoigne. Namanya merupakan bentuk apresiasi dari kedua orang tua Gascoigne pada dua musisi anggota The Beatles, yakni Paul McCartney dan John Lennon.

Memiliki tubuh yang tambun, tak membuat seorang Gascoigne sulit untuk meliuk-liuk diantara para pemain lawan.  Semasa masih aktif bermain Ia memang tidak berlimang banyak gelar, seperti bintang seangkatannya di Liga Inggris lain.

Kualitas yang dimiliki oleh Gascoigne pun sudah banyak diakui oleh para mantan rekannya di klub maupun Tim Nasional Inggris. Legenda sepakbola Inggris, Gary Lineker bahkan tak ragu menyebut jika Gascoigne adalah pemain paling natural dengan bakat terhebat yang dimiliki Negeri Elizabeth.

Selain piawai memporak-porandakan lini pertahanan lawan, Gascoigne pun memiliki sisi lain dalam dirinya ketika menjadi pemain.  Ia dikenal memiliki gaya hidup yang tidak patut untuk dicontoh oleh para pemain muda, seperti kecanduannya pada minuman beralkohol.

Namun dengan berbagai kontroversi yang mengiringi karir seorang Gascoigne, Ia tetap lah dikenang sebagai salah satu pemain terhebat dari dataran Britania Raya. Bahkan seorang Sir Alex Ferguson pun menyesal tak pernah memiliki kesempatan untuk melatihnya.

Simak ulasan selengkapnya soal fakta-fakta unik dari Paul “Gazza” Gascoigne:

1. Memulai Karir Di Newcastle

(Photo by S&G/PA Images via Getty Images)

Newcastle United menjadi klub sepakbola pertama dari Gascoigne saat masih berusia muda pada medio 1980 sampai 1985. Pihak The Magpies sepertinya bisa mencium bakat besar dari Gascoigne, yang berbeda dari anak bertubuh besar lain pada umumnya.

Bobot besar Gascoigne itu tumbuh dari kebiasaannya mengonsumsi makanan cepat saji dan coklat batangan. Tetapi hal tersebut tak membuat urung memboyong Gascoigne karena manajer mereka, Jack Charlton bisa melihat potensi besarnya.

Selain Charlton, sosok lain yang bisa merasakan talenta dalam diri Gascoigne adalah Presiden Newcastle, Stan Seymour. Ia melabeli Gascoige sebagai “George Best tanpa otak” dan merekrutnya ketika masih sekolah setelah gagal trial di Middlesbrough dan Southampton.


Baca Juga: 


Menimba ilmu di Newcastle selama lima tahun, Gascoigne bisa tumbuh menjadi kapten di tim muda, lalu mendapat kontrak profesional pertama di usia 18 tahun. Ia mendapat kontrak selama dua tahun dengan gaji sebesar 120 ribu pounds per pekan.

Setelah itu, nama Gascoigne pun semakin berkembang di dataran Inggris berkat permainan gemilangnya bersama Newcastle. Ia muncul sebagai salah satu pemain tajam ketima mencetak 24 gol pada musim 1986/87.

Hingga akhirnya konflik internal dalam tubuh Newcastle membuatnya berada dilema terkait masa depannya. Ia kemudian melanjutkan karir sebagai pesepakbola bersama Tottenham pada tahun 1988.

2. Memilih Spurs Hingga “Menggocek” Seorang Sir Alex Ferguson

(Photo by Mark Leech/Offside via Getty Images)

Ketika berusia 21 tahun pada tahun 1988, Gazza dihadapkan pada dua pilihan untuk pindah, apakah menuju Tottenham atau Manchester United. Gazza pada akhirnya memilih Tottenham sebagai pelabuhan baru, yang meninggalkan kesan cukup mendalam bagi Sir Alex Ferguson.

Pada sebuah wawancara bersama SportBible, Sir Alex Ferguson tak ragu menyebut bahwa Gascoigne adalah pemain hebat yang tak sempat Ia latih, meski menginginkannya. Fergsuson bahkan menyebut Gazza merupakan talenta terbaik Inggris sejak Bobby Charlton.

Menurut Ferguson, Man United sendiri sebenarnya sudah melakukan kontak dengan Gazza dan Ia sudah setuju merapat ke Old Trafford. Tetapi iming-iming dari Spurs yang memberi hadiah pada keluarganya, membuat Gazza harus “menggocek” Ferguson.

“Tentu saja, Gascoigne. Saya pikir dia adalah pemain Inggris terbaik sejak Bobby Charlton dan Ia adalah pemain yang fantastis. Sayangnya, kami tidak mendapatkannya dan saya pikir, melihat ke belakang sekarang, dia membuat kesalahan besar,”ujar Ferguson via SportBible.

“Dia luar biasa dan saya berkata kepada [mantan Petinggi Man Utd] Martin Edwards dalam perjalanan pulang: ‘Beli lah anak ini. Segera hubungi pada hari Senin.

“Dan pada saat itu, Gazza sudah melakukan kesepakatan dengan Tottenham, yang benar-benar disayangkan. Itu adalah kekecewaan karena dia setuju untuk bergabung (ke United) dan kemudian Tottenham merubah pikiran dengan membelikan rumah ibu dan ayahnya.”

3. Kawan Sekaligus “Pawang” Seorang Gennaro Gattuso

(Photo by Alan Harvey/SNS Group via Getty Images)

Gazza berada di London Utara selama empat musim pada medio 1988-1992. Setelah itu Ia sempat mencicipi karir di Italia bersama Lazio, sebelum pindah ke Skotlandia bersama Glasgow Rangers. Di Rangers, Gazza bertemu dengan salah satu pemain yang tumbuh jadi sosok mengerikan, yakni Gennaro Gattuso. Kebersamaan Gazza dengan seorang Gattuso pun menghadirkan beberapa kisah unik.

Ketika itu, Gattuso masih berusia 19 tahun dan baru saja pindah dari Perugia menuju Rangers di tahun 1997. Tak bisa berbahasa Inggris, membuat Gattuso mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan pelatih maupun para pemain lain.


Baca Juga:


Namun kesulitan tersebut bisa teratasi dengan kehadiran Gascoigne pada skuad Rangers. Gazza didaulat menjadi penerjemah bagi Gattuso karena Ia memiliki kemampuan berbahasa Italia, setelah tiga musim membela Lazio pada medio 1992-1995.

Salah satu kejadian unik dari keduanya adalah ketika Gazza melakukan “ospek” pada seorang Gattuso muda. Menurut Gattuso, Gazza sekali waktu pernah mengerjai dirinya dengan memasukan kotoran manusia pada kaus kakinya.

(Photo by SNS Group via Getty Images)

“Hari-hari pertamaku di Glasgow, Paul Gascoigne buang hajat di kaus kaki saya. Dia melakukan itu saat saya sedang mandi. Ketika kembali, saya mencium bau kotoran manusia dan itu berasal dari kaus kaki saya,”ujar Gattuso.

Tetapi setelah kejadian itu hubungan Gazza dan Gascoigne justru semakin dekat, meski disana ada pemain Italia lain. Ketika banyak pemain Rangers cedera karena aksi Gattuso, Gazza lah yang diminta untuk berbicara padanya.

Bahkan bisa dibilang sosok Gazza merupakan “pawang” dari keganasan Gattuso selama beraksi di Ibrox Stadium. Hal tersebut dijelaskan oleh mantan bintang asal Denmark, Brian Laudrup, yang menurutnya Gazza selalu menampar Gattuso untuk menenangkannya.

“Jika kamu mengatakan kepada saya sepuluh tahun yang lalu Rino Gattuso akan menjadi detak jantung AC Milan, saya akan menertawakan kamu,”ujar Laudrup dilansir Dailymail.

“Dia (Gattuso) adalah seorang anak pemarah. Dia tidak bisa berbahasa Inggris pada awalnya tetapi hanya mengeluh dalam bahasa Italia. Dan dalam latihan atau permainan dia seperti Tasmanian Devil.

“Gazza harus memberinya beberapa tamparan untuk menenangkannya. Pikiranmu, Gazza melakukan itu kepada semua orang. Tapi untuk semua kesalahan dan sikap kasar itu, saya senang Gattuso ada di tim saya.”

4. Mencuri dan Menabrakan Bis Baru Middlesbrough

(Photo by Michael Steele/EMPICS via Getty Images)

Selain soal gol dan kegemilangan di atas lapangan, karir seorang Gascoigne pun kerap dihiasi oleh berbagai hal mencengangkan di luar lapangan. Satu diantaranya adalah ketika Gazza mencuri, lalu menabrakannya bis milik Middlesbrough di tahun 1998.

Ketika itu, The Boro baru saja membeli sebuah bis baru yang kabarnya memiliki harga sebesar 250 ribu pounds. Namun bis baru itu ditabrakan oleh Gascoigne pada sebuah tempat bandar taruhan, dengan kerusakan mencapai 20 ribu pounds.

Ia lalu dihukum oleh sang manajer, Bryan Robson untuk membayar kerusakan yang dirinya sebabkan, serta denda sebesar gaji selama dua minggu. Robson sendiri mengungkapkan kisah tersebut dan mengatakan hal itu Gazza lakukan karena Ia ingin memasang beberapa taruhan.

(Photo by John Giles – PA Images/PA Images via Getty Images)

Setelah promosi Middlesbrough kembali ke Liga Premier, hari tandang pertama mereka pada Agustus 1998 adalah di Aston Villa. Tetapi perjalanan mereka ke Midlands tertunda empat jam karena insiden yang disebabkan oleh Gascoigne.

“Tapi bahaya bagi Gazza datang ketika dia bosan atau dia ingin menggelar prank. Suatu hari di pelatihan Ia memutuskan untuk melompat ke pelatih tim dan membawanya berkendara. Dia akhirnya menghancurkan itu!”ujar Robson Pada buku ‘Our Gazza: The Untold Tales’ via Dailystar.

“Itu adalah bus baru yang telah dibeli klub. Gazza tidak bisa menahannya karena itu sangat baru dan memiliki bau ‘kendaraan baru’ yang indah. Dia berniat untuk mengemudi ke bandar lokal untuk memasang beberapa taruhan. Tetapi dia tidak keluar dari tempat latihan.”

“Saya tahu ketika saya mengontraknya dia akan sampai pada sesuatu tetapi saya kira tidak banyak manajer yang harus menghukum seorang pemain karena menabrak pelatih tim.”

5. Hancurkan Kamar Hotel Karena Tak Masuk Skuad Piala Dunia

(Photo by Adam Butler – PA Images/PA Images via Getty Images)

Sebagai salah satu pemain hebat Inggris, nama Gascoigne tentu selalu menjadi langganan dalam skuad The Three Lions di berbagai ajang. Namun ada satu kejadian yang membuat Gazza marah besar, khususnya pada Glenn Hoddle.

Ketika itu, Inggris tengah bersiap untuk menghadapi ajang bergengsi seperti Piala Dunia 1998. Sayangnya, nama Gascoigne tidak termasuk dalam 22 nama skuad Inggris yang diberangkatkan menuju Prancis, yang dilatih oleh Hoddle.

Mantan pemain Inggris lain, Paul Merson mendeskripsikan bagaimana ruangan hotel milik Hoddle hancur berantakan. Hal tersebut terjadi setelah Hoddle memberi tahu bahwa Gazza tidak akan bermain untuk Inggris di Piala Dunia 1998.


Baca Juga: 


“Awalnya saya merasa agak bersalah. Ketika itu, saya yang terpilih dan bukan Gazza. Kami adalah pemain yang berbeda tetapi saya mengingatnya dengan sangat baik. Kami telah berlatih untuk sementara waktu di La Manga, dan kami diizinkan untuk melakukan apa yang kami inginkan pada hari Minggu,”ujar Merson dilansir Dailymail.

“Saya, Dion (Dublin) dan beberapa lainnya pergi bermain bowling, Gazza bermain golf. Lalu, kami harus pergi ke atas untuk berbicara dengan Glenn. Semua orang duduk mengelilingi kolam renang.

“Saya ingat naik setelah Gazza, saya tidak tahu apakah saya akan pergi. Ketika aku masuk ke sana, Glenn pucat, seperti baru melihat hantu. Kamar hotel hancur berkeping-keping, ada kursi dan lampu di mana-mana. Kurasa dia memilihku agar aku tidak marah. Dia gemetar.”

Kemudian pada tahun 2015, Hoddle sendiri menjelaskan alasan pencoretan tersebut karena Gazza dianggap berada dalam kondisi kurang fit. Namun Hoddle juga mengakui bahwa keputusannya itu merupakan salah satu yang paling menyedihkan bagi dirinya.

Selain memiliki kualitas di atas lapangan, Gazza memang dikenal sebagai pemain yang “nakal” karena kecanduannya pada minuman alkohol. Hal tersebut lah yang diyakini menjadi alasan utama kenapa Ia tak masuk dalam skuad Inggris di Piala Dunia 1998.

‘Saya memberinya begitu banyak kesempatan untuk membuat dirinya bugar. Enam atau tujuh bulan sebelumnya, saya berkata: “Lihat, Anda harus lebih bugar. Ini adalah kesempatan lain, ini mungkin Piala Dunia terakhir Anda,”ungkap Hoddle.

“Tapi kamu bisa melihat dia tidak pernah cocok. Itu adalah hal paling menyedihkan yang pernah kulakukan, adalah meninggalkan Paul Gascoigne. Itu murni karena dia tidak fit, dan Ia tidak akan cocok untuk turnamen.”

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version