Site icon Vivagoal.com

Karakter Antarkan Evra Pada Perjalanan Karier Dramatis

Vivagoal Obrolan VigoPatrice Evra yang dikenal dengan beragam kontroversial sudah memutuskan pensiun dari lapangan hijau pada akhir musim 2018/19 kemarin. Bek asal Prancis itu kini sibuk menyipakan diri jadi seorang juru taktik. 

Evra sebenarnya sudah setahun lebih menganggur pasca kontraknya diputus oleh West Ham United pada musim panas 2018 lalu, namun ia baru memutuskan pensiun pada 29 Juli 2019 setelah ia sadar bahwa kondisi fisiknya sudah tak lagi kuat bersaing di level kompetitif.

“Karier saya sebagai pemain sudah resmi berakhir. Saya memulai pelatihan untuk mendapatkan lisensi UEFA B pada 2013, dan kini saya berkeinginan menuntaskannya untuk langsung mendapat lisensi UEFA A.

“Jika segalanya berjalan lancar, dalam 1,5 tahun kedepan, saya akan siap melatih sebuah tim. Sir Alex Ferguson pernah memprediksi bahwa akan ada dua pemain asuhannya yang bisa jadi pelatih di level tertinggi, yakni Ryan Giggs dan Patrice Evra,”  ucap Evra beberapa waktu lalu seperti dilansir dari La Gazzetta dello Sport.

Namun jauh sebelum dirinya memulai karier kepelatihan seperti saat ini, Evra punya perjalanan karier yang cukup menarik untuk digali lebih dalam.

Memulai Karier Sebagai Striker di Italia

Evra adalah jebolan akademi klub raksasa Ligue 1 Prancis, Paris Saint-Germain. Pada tahun 1998, saat usianya baru 17 tahun, Evra memutuskan hengkang ke klub kecil Italia, Marsala 1912 dengan status free transfer.

Setahun di klub itu, Evra muda pindah ke Monza yang saat itu bermain di Lega Pro Seconda Divisione B sebelum akhirnya pulang kampung ke Prancis untuk bergabung bersama OGC Nice pada bursa musim panas 2000.


Baca Juga:


Mungkin tak banyak yang tahu, Patrick Evra sesungguhnya memulai karier sepakbolanya sebagai seorang striker. Posisi itu dijalaninya hingga akhir musim 2000/01 saat Nice sukses promosi ke Ligue 1. Kala itu, Evra diposisikan sebagai penyerang sayap kiri dan mendapatkan nomor punggung 17.

Namun saat Nice berlaga di divisi teratas sepakbola Prancis, pada awal musim 2001/02, dua bek kiri mereka, Jean-Charles Cirilli dan Jose Cobos bersamaan mengalami cedera. Pelatih Nice saat itu, Sandro Salvioni lantas menunjuk  Evra sebagai bek kiri baru dalam skuadnya.

Evra pun tak terima posisi tersebut, Ia lalu marah kepada Salvioni. Keduanya lantas diberitakan berselisih lantaran besebrang pendapat.

“Jika kamu ingin terus berada di lapangan, kamu harus mau menerima untuk bermain di posisi bek kiri,  tegas Salvioni kala itu.

Percobaan Salvioni membuahkan hasil.  Evra malah tampil moncer sebagai seorang left-back dengan membukukan 42 penampilan.

Berkat posisi barunya itu jugalah Evra ketiban berkah. Pasalnya, di bursa transfer 2002, raksasa Ligue 1, AS Monaco tertarik memboyongnya ke Stade Louis II dan menjadikannya tumpuan selama empat tahun.

Karier Evra makin menanjak setelah Manchester United memboyongnya ke Old Trafford pada 2006 silam. Delapan tahun berseragam MU, Evra menahbiskan dirinya sebagai bek kiri terbaik di Liga Premier Inggris.

Lima gelar juara Liga EPL, tiga piala Liga Inggris dan satu liga Champions dengan total penampilan sebanyak 379 laga dengan sumbangan 10 gol dan 40 assist jadi bukti nyata kehabatan pemain asal Prancis tersebut.


Baca Juga: 


Evra kemudian pindah ke Juventus pada musim panas 2014 dan bermain selama tiga musim di Serie A Italia sebelum memutuskan pindah ke Marseille tahun 2016 silam. Klub terakhir Evra adalah West Ham United pada 2017/18, namun sayang dia hanya mencatatkan lima penampilan.

Kontroversi Evra

Karier Evra selama 21 tahun sebagai pesepakbola sesungguhnya cukup kontroversial. Berdasarkan catatan Opta Evra sejatinya termasuk golongan pemain langka.

Cuma dia dan Clarence Seedorf yang pernah bermain di final Liga Champions bersama tiga klub berbeda. Evra melakukan itu dalam balutan kostum MU, Juventus dan AS Monaco.

Tapi tak seperti Seedorf atau nama-nama pemain kawakan lainnya semacam Robin Van Persie atau Francesco Totti, Evra pensiun dari lapangan hijau tanpa diiringi laga perpisahan dan gegap gempita suporter di tribun stadion.

Respect terhadapnya luntur sejak ia kedapatan menendang seorang fans saat dirinya membela Marseille pada laga kontra Vitoria Guimares di ajang Liga Europa. Stigma negatif terhadap dirinya pun tak terbendung.

Sejak kejadian itu, Evra mulai mengalami masa sulit dalam kariernya. Dia dijatuhi hukuman larangan bermain di kompetisi Eropa selama tujuh bulan, di denda 10 ribu euro oleh UEFA dan kontraknya diputus secara sepihak oleh Marseille.


Baca Juga:


Karkter Evra kembali ditunjukan pada 15 Oktober 2011. Kala berseragam MU, Evra sempat terlibat konfrontasi dengan mantan penyerang Liverpool, Luis Suarez.

Dalam sebuah laga antara Liverpool kontra MU di Anfield, kedua pemain beberapa kali terlibat adu fisik yang berujung pada adu argumen. Pada prosesnya, Evra lantas melontarkan tuduhan bahwa Suarez telah melakukan pelecehan rasis kepada dirinya di pertandingan yang berkesudahan dengan skor 1-1.

Tapi Suarez membantah dengan mengatakan, “Tidak ada bukti bahwa saya mengatakan sesuatu yang rasis kepada dia. Saya tidak pernah mengatakan hal seperti itu,” tegas Suarez saat diwawancara oleh Canal Plus TV.

Saat Liverpool dan MU kembali bertemu di Old Trafford pada Februari 2012, Evra kembali terlibat kontroversi. Pada prosesi jabat tangan Suarez memilih melewati Evra begitu saja dan tidak menghiraukan sodoran tangan si pemain MU tersebut.

Dibalik semua drama dan kejadian kontroversi yang mengelilingi dirinya, satu hal yang pasti, Evra selalu bisa jadi pembeda dalam klub yang dibelanya. Sayang karakternya banyak memunculkan drama dalam  perjalanan karier panjang si pemain.

Selalu update berita bola terbaru seputar Liga Inggris hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version