Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Sinar Terang Sang Mantan Penyerang

Sinar Terang Sang Mantan Penyerang

Vivagoal Serie A – Simone Inzaghi belakangan menjadi perbincangan hangat di kancah Serie A berkat torehan impresifnya bersama Lazio. Catatan apik tersebut bahkan sudah dimulainya sejak beberapa musim lalu. Boleh dibilang mantan juru gedor Elang Roma mulai menunjukan sinarnya di dunia manajerial.

Sebagai seorang pesepakbola, karir Simone sejatinya tak terlalu cemerlang. Sejak membela Lazio pada medio 90an akhir, namanya bukanlah pilihan utama. Ia jelas kalah bersaing dengan juru gedor I Biancocelesti lain macam Claudio Lopez hingga Hernan Crespo. Namanya pun lebih sering terpatri di bangku cadangan.

Meski kedua juru gedor utama Lazio tersebut sudah hengkang ke berbagai tim, nama Simone belum juga mampu membuktikan kelasnya. Namanya justru tenggelam dari Filippo Inzaghi yang notabene saudara kandungnya. Pippo mampu bersinar bersama AC Milan dengan serangkaian gol sementara Simeone, di luar kota Roma, lebih dikenal sebagai “adik kecil” Pippo.

Simone pun menutup karir pada 2010 dengan catatan 187 laga di Serie A dan mencetak 43 gol serta tiga assist. Catatan tersebut terbilang cukup minim untuk pemain yang bertugas sebagai seorang juru gedor. Dalam periode karirnya, ia sukses mendulang berbagai gelar macam satu gelar Serie A, tiga Coppa Italia, sepasang Supercoppa dan satu Piala Super Eropa.


Baca Juga:


Pasca kenyang bermain sebagai pesepakbola, Inzaghi langsung masuk ke staf pelatih Lazio di tahun 2010. Namanya tercatat sebagai pelatih Lazio U-20. Karirnya terbilang fantastis. Ia sukses mempersembahjan sepasang gelar domestik di kelompok junior. Catatan tersebut membuatnya senang dan pembuktiannya sebagai pelatih berkelas sedikit banyak mulai terlihat.

“Aku bangga dengan hasils ini dan aku tak sabar untuk memulai karir sebagai pelatih. Hari ini aku melatih (tim junior) tapi aku ingin menjadi manajer di kemudian hari,” ungkapnya seperti dinukil thesefootballtimes.

Menjabat Sebagai Pelatih

Penantian Simone pun berjalan manis. Enam tahun melatih tim junior, kesempatannya membesut tim utama hadir. Pasca Lazio babak belur dari AS Roma dan mendulang hasil negatif dalam 7 laga di akhir musim 2015/16 yang berujung pada pemecatan Stefano Pioli, nama Inzaghi dipercaya untuk menempati pos sebagai juru taktik sementara atau caretaker. Namun perjalanannya tak berjalan mudah.

Skuat yang diwarisi dari Pioli terbilang cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, sejumlah pilar I Biancocelesti macam Stefan de Vrij, Stefan Radu, Dusan Basta hingga Wesley Hoedt harus menepi lantaran cedera. Hal ini jelas menjadi kabar buruk. Selain itu, Ultras juga masih belum menerima kala timnya keok dari AS Roma hingga menintimidasi pemain di tempat latihan.

Situasi serba sulit itu harus dialami Inzaghi di awal karir kepelatihannya. Ia pun harus membawa pemain berlatih di Norcia yang berjarak 100 mil dari Kota Roma guna berlatih dengan tenang tanpa terintimidasi oleh fans. Ultras merasa Lazio harus lebih berprestasi dan tampil lapar guna mengembalikan citra klub ke arah yang lebih baik.

Debut perdana Inzaghi berjalan manis. Ia mampu membawa tim menang 3-0 di laga debut kontra Palermo. Kemenangan besar itu sedikit menghibur fans. Di musim perdananya sebagai pelatih, ia sukses membawa tim bertengger di peringkat kedelapan klasemen akhir musim 2015/16.


Baca Juga:


Di akhir musim, nama Inzaghi sempat dirumahkan lantaran Lazio menunjuk Marcelo Bielsa sebagai juru taktik. Namun yang bersangkutan hanya melatih Elang Roma selama seminggu sebelum akhirnya pergi. Nama Inzaghi pn kembali dipanggil untuk menukangi Stefan Radu dan kolega.

Kkeputusan tersebut dirasa benar. Lazio kembali menunjukan taring dengan finish di peringkat kelima klasemen akhir. Catatan tersebut pun membuat mereka lolos ke Europa League. Bahkan catatan tersebut dipermanis dengan keluarnya Lazio sebagai runner up Coppa Italia di musim 2016/17.

Trofi perdana dan Terbang Tenggelam

Keberhasilan mencapai babak final Coppa Italia membawa Lazio berkesempatan menantang juventus  di ajang Supercoppa Italia. Secara mengejutkan mereka mampu menjungkalkan si Nyonya Tua di partai Final dengan skor telak 2-0. Gelar tersebut merupakan catatan manis pertama seorang Inzaghi kala membesut Elang Roma.

Tak hanya itu gaya permainan Lazio juga terlihat lebih menyerang. Gaya sepakbola di bawah Pioli terkesan standard an memuakan namun Inzaghi mengubah segalanya. Ia mampu menampilkan permaian ofensif yang memukai. Bahkan duet Keita Balde dan Ciro Immobile juga tampil memikat. Duet keduanya di musim tersebut mampu menceploskan 39 gol. Bahkan nama yang disebut terakhir juga tampil apik di musim ini. Mantan juru gedor Borussia Dortmund sejauh ini sudah mengepak 28 gol di Serie A.

Semusim berselang, catatan Lazio kembali berjalan manis. Mereka mampu menuntaskan hasrat dengan menjuara Coppa Italia dengan kemali menjungkalkan Juventus. Tak hanya itu, mereka juga memainkan sepakbola kolektif yang meredan dominasi umpan-umpan pendek Juventus. Sebagai senjata pamungkas Counter attack cepat dikeluarkan guna mengakomodir serangan.

Musim ini, Lazio sejatinya sempat mengepak berbagai hasil manis di Liga. Namun pandemic Corona menghentikan performa mereka. Pasca jeda, performa Elang Roma memang menukik drastis. Padahal sebelumnya, I Biancocelesti digadang bakal menjadi kompetitor Juventus di ajang Serie A, perbedaan poin kedua tim hanya berjarak satu angka. Tekait kans buyarnya juara Lazio, pihak klub pun buka suara.

“Saya sepenuhnya setuju,” jawab juru bicara Lazio, Arturo Diaconale saat ditanya Tuttojuve apakah pandemi COVID-19 menjadi penyebab Lazio menjauh dari Scudetto.


Baca Juga:


“Pandemi menggusur Lazio dari jalur [juara] yang jelas mereka jalani di liga. Juventus memiliki para pemain juara yang hebat dan dapat menyelesaikan situasi apapun. Mereka selalu mengelola situasinya, bahkan ketika mereka tidak bermain bagus.”

“Itulah keuntungan besar yang mereka miliki dibandingkan para pesaing. Ketika mereka dalam bentuk terbaik, mereka sulit dikalahkan.”

Meski tergusur dari percaturan gelar Scudetto, sejatinya target mendulang gelar bukanlah prioritas Lazio di musim ini. Mereka hanya menargetkan lolos ke Liga Champions karena di ajang terbesar untuk klub-klub Eropa itu, si Biru Langit sudah lama absen.

“Target kami bukanlah memenangkan Scudetto, melainkan lolos ke Liga Champions. Kami sudah absen selama beberapa waktu di Liga Champions dan sekarang kami berhasil.” Ungkap sang Kapten, Senad Lulic.

“Rencana jangka panjang kita membuahkan hasil. Selama 4 tahun kami bekerja keras dengan baik di bawah bimbingan Inzaghi. Dia telah menciptakan semangat tim yang luar biasa,” lanjut gelandang Timnas Bosnia-Herzegovina tersebut.

Well, apapun yang terjadi pada tim asal Ibu Kota musim ini, sepertinya Simone Izaghi layak mendapatkan kredit lebih yang sukses mengantar Lazio menjadi tim yang lumyan disegani. Bahkan andai mampu mempertahankan pemain bintang dan mengombinasikan pembelian ciamik di bursa transfer nanti, bukan tak mungkin Biancocelesti bakal mendompleng dominasi Juventus dan merajai Serie A.

Bukan tak mungkin pula Inzaghi bisa menjadi pelatih berkelas dalam tahun-tahun mendatang mengingat grafik Lazio menanjak dalam beberapa musim terakhir. Boleh dibilang, Inzaghi bakal habis-habisan sebagai pelatih lantaran sebagai pemain sudah kidung di cap gagal. Kita semua tahu, ia hanya butuh sedikit waktu seperti layaknya Jurgen Klopp yang mampu memberikan sinar terang kala membesut Liverpool dalam kurun waktu empat tahun masa jabatannya.

Selalu update berita bola terbaru seputar Serie A hanya di Vivagoal.com

 

Exit mobile version