Site icon Vivagoal.com

Paolo Maldini: Benteng Setia dari Kota Mode

Paolo Maldini: Benteng Setia dari Kota Mode

Vivagoal Serie A – Paolo Maldini menjadi salah satu pesepakbola terloyal yang ada di dunia. Punggawa AC Milan mengabdikan seluruh waktunya sepakbolanya bersama Milan hingga gantung sepatu. Sederet kisah menarik dan gelimangan gelar mengiringi karirnya sebagai pemain.

Maldini, yang lahir pada 26 Juni 1968 merupakan putra asli Milan. Ia merupakan anak dari legenda Rossoneri, Cesare Maldini. Paolo muda memulai debut di musim 1984/85 pada usia 16 tahun di bawah asuhan Nils Liedholm. Ia dipromosikan pasca namanya tampil apik saat membawa tim junir Milan mendulang Coppa Italia Primavera.

Di musim perdananya, Maldini berkesempatan untuk mendapatkan ilmu langsung dari seniornya yang juga mengawal jantung pertahanan Milan, Franco Baresi. Musim perdananya di Milan berjalan sempurna. Maldini sukses mendulang 25 laga di musim perdananya. Dalam kesempatan tersebut, ia sukes mendulang Sudetto dan Supercoppa Italia

Tak hanya sukses sebagai debutan, Maldini boleh dibilang menjadi palang pintu yang lumayan kompleks lantaran sempat menjajal berbagai posisi di lini belakang mulai dari bek kanan, kiri hingga bek tengah. Posisi terakhir menjadi yang paling sering dilakoninya sampai ua gantung sepatu.


Baca Juga:


Kejayaan Milan mulai terlihat seiring kedatangan Silvio Berclusconi di tahun 1987. Taipan asal Italia bahkan membawa Arrigo Sacchi dari Parma di tahun yang sama. Milan bebenah mereka mendatangkan trio Belanda dalam wujud Marco Van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard. Selain itu, mereka juga memiliki beberapa bek tangguh dalam wujud Paolo Maldini, Billy Costacurta, Mauro Tassotti hingga sang jendral Franco Baresi.

Kehadiran Sacci sebagai juru taktik juga membawa pengaruh besar bagi Maldini. Ia menjelma menjadi palang pintu yang disegani di awal karirnya. Bahkan di bawah pelatih berkepala plontos itu, Maldini muda sukses membantu Milan mendulang gelar Liga Champions pasca mengandaskan wakil Rumania, Steua Bucharest 4-0. Kegemilangan Milan tak lepas dari peran besar trio Belanda. Namun sosok Maldini yang mengawal jantung pertahanan jelas tak bisa disepelekan begitu saja.

Semusim berselang, Milan kembali merajai Eropa dengan mengandaskan Benfica di final Liga Champions 1989. Di usia yang baru menginjak 21 tahun, DNA juara Maldini sudah terbangun dengan mendulang sepasang gelar bergengsi di benua beru dalam kurun waktu dua tahun saja.

Suksesnya karir di klub tak mampu ia tularkan kala memperkuat Azzurri di Piala Dunia 1990. Maldini yang dipanggil ke dalam timnas memang membuahkan hasil yang impresif. Italia, yang bertindak sebagai tuan ruah di ajang tersebut sukses mengunci tiga kemeangan di fase grup tanpa sekalipun kebobolan.

Mereka pun melaju ke semi-final. Asa juara nampak terbuka lebar. Namun di fase semifinal. Negeri Pizza berjumpa Argentina dengan Diego Maradona-nya yang sukses meraih gelar empat tahun sebelumnya. Laga berlangsung ketat dan skor 1-1 menjadi hasil akhir. Pada sesi tos-tosan, Italia terjungkal dari Argentina.

Empat tahun berselang, kala Piala Dunia untuk kali perdana digelar di Amerika Serikat, Azzurri yang masih diperkuat komposisi pemain terbaiknya masih belum mampu menorehkan gelar. Mereka kembali kandas melalui adu penalti dari Brazil di partai pamungkas. Bahkan sampai akhir karirnya di Timnas, Maldini belum mampu mempersembahkan gelar bagi negaranya.

Kembali ke level klub, Sacci memutuskan mundur dari jabatan pelatih dan mereka menggantinya dengan Fabio Capello. Di tangan Don Fabio, Milan kembali menunjukan kelas dengan tampil garang di Eropa.

Meski melaju ke partai puncak Liga Champions di musim 1992/93, Milan justru keok dari tangan Marseille. Dua musim berselang, Milan juga kembali harus kandas di tangan Barcelona di laga pamungkas. Kali ini, Dream Team Blaugrana yang kala itu diarsiteki Johan Cruyff mengandaskan Milan dengan skor 4-0.

Maldini sejatinya sempat mendapatkan tawaran dari Chelsea di medi0 90an kala the Blues diarsiteki Gianluva Vialli di tahun 1996. Chelsea sempat memberikan tawaran serius namun kesetiaan pada akhirnya membuat Maldini bertahan dengan seragam merah hitam.


Baca Juga:


“Saya dihadapkan dengan tawaran dari Vialli. Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk bertahan dan Milan akan menjadi tim yang selalu ada di hari saya. Setelah tawaran itu, saya tak pernah memutuskan untuk hengkang dari Milan,” ungkapnya kepada Sky Sports.

Menjadi Kapten Tim dan Mendulang Kejayaan

Setelah memutuskan bertahan, semusim berselang, Franco Baresi memutuskan pensiun di musim 1997-98. Baresi memiliki andil dalam kesuksesan Milan dan mendulang banyak gelar. Pasca pensiunnya Baresi, tongkat estafet kepemimpinan resmi turun ke lengan kiri Maldini.

Di pertengahan 90 hingga menjelang tahun 2000an, Milan mengalami performa bak roller coaster. Mereka hanya mampu menjadi tim kuda hitam di kancah domestik. Bahkan mereka harus menyudahi bulan madu bersama Fabio Capello. Di musim 1998/99, Milan berhasil keluar sebagai Scudetto di tangan Alberto Zaccheroni. Di milleium baru, Milan yang sempat terseok pada akhirnya berhasil bangkit

Musim 2001/02, restorasi dimulai, Mereka mendatangkan pemain segar dalam wujud Andrea Pirlo hingga Andriy Shevchenko. Proses adaptasi masih berjalan dengan wajah baru. Di musim tersebut, Milan keok di fase empat besar Coppa Italia dan UEFA Cup. Di kancah domestik mereka harus finish di peringkat 4.

Semusim berselang. Dewi fortuna nampak mendekat Kota Mode. Di bawah arahan Carlo Ancelotti, Milan dan Juventus memainkan All Italian Final di Old Trafford. Mereka keluar sebagai juara pasca menang tos-tosan atas Juventus. Kekuatan Setan Merah pun mulai kembali terlihat. Bahkan di tahun yang sama, mereka juga sukses menjuarai Coppa Italia

Setelah merajai Eropa dan mendulang gelar di kancah domestik. Mereka kembali keluar menjadi juara. Di msuim 2003/04, Milan sukses menjuarai Scudetto kembali dan menjadikan Shevchenko sebagai top skor dengan raihan 24 gol di kancah Liga. Meski konsisten di kancah domestik, Milan harus kembali mengalami déjà vu di kancah Eropa.

Kemenangan yang Dicuri

Marcos Cafu dan kolega sukses menembus babak final Liga Champions di musim 2004/05. Di laga pamungkas, Maldini mampu mencetak gol cepat dan Milan unggul 3-0 di babak pertama pada laga yang digelar di Istanbul. Namun jelang akhir laga, Liverpool memberikan hasil akhir 3-3.

Setelah perpanjangan waktu, Rossoneri dan the Reds harus  melalui babak adu penalti. Mereka pun keok dari Liverpool yang kala itu mengunci gelar Champions League keenam mereka. Hasil ini menjadi antiklimaks dan menjadi pengingat kala mereka harus kalah dari Marseille di awal medio 90an lalu.

Dua musim berselang, dirampoknya kemenangan Mialn berhasil dibuktikan dengan mengandaskan lawan yang sama. Pada gelaran yang dihelat di Athens, the Reds harus mengakui keunggulan Milan dan Maldino menjadi sosok yang dua kali mengapteni Milan kala timnya menjadi juara di Eropa.

Sebelum merajai Eropa di tahun 2007, ada sebuah kisah menarik yang terjadi kala Milan bersua Bayern Munchen di fase perempat final. Dalam laga tersebut, Ferguson, yang masih  hadir untuk melihat calon lawannya di babak semifinal terkagum-kagum dengan permainan Maldini yang jarang melakukan tackle kepada lawan meski harus membantu tim mensterilkan gawang.


Baca Juga:


“Maldini bertahan melalui 90 menit tanpa pernah melakukan sliding tackle. Itu adalah seni (bertahan) dan ia masternya,” jelas Fergie. Tak hanya itu, kekaguman lain juga sempat diutarakan kompatriot Maldini, Franco Baresi terkait permainan juniornya tersebut bersama Milan.

“Kami 15 tahun menjadi rekan tim, saling memahami; bergerak seolah kami satu individu. Dia mampu menjalani semua peran di lini pertahanan. Suatu kepuasan dan kehormatan bermain bersamanya,” ungkap Baresi.

Pasca memutuskan pensiun sebagai pemain pada musim 2008/09. Ia sukses mengepak 901 laga bagi Milan di berbagai kompetisi dan mencetak 33 gol serta 43 assist. Dalam 22 tahun karirnya, Maldini mampu menorehkan 7 gelar Serie A, Satu Coppa Italia, lima Super Coppa Italia, lima gelar Liga Champions,  empat Piala Super Eropa. Saat ini, Maldini tengah menjabat posisi sebagai direktur olahraga klub. Tanti Auguri, Paolo.

Selalu update berita bola terbaru seputar Serie A hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version