Site icon Vivagoal.com

Franck Ribery: Ferrari dari Prancis yang Masih Terus Berlari

Franck Ribery: Ferrari dari Prancis yang Masih Terus Berlari

Vivagoal Serie A – Prancis memang dikenal memiliki winger-winger berkualitas sejak jaman dahulu. Menukil laman bleacherreport, ada beberapa nama nama yang buktikan diri menjadi yang terbaik macam Youri Djorkaeff, Didier Six, David Ginola, Robert Pires dan Franck Ribery. Nama terakhir masih bermain dan masih belum menunjukan untuk berhenti sebagai pesepakbola.

Ribery, yang lahir pada 7 April 1983 memang sudah dikenal sebagai pemain yang memiliki kecepatan yang lumayan mumpuni. Ia memulai debut di usia 18 tahun bersama tim kota kelahirannya Boulogne. Ia hanya bertahan di sana selama dua musim. Setelahnya, ia hengkang ke Ales dan bertualang selama semusim di sana, setelahnya, Ribery memperkuat Metz. Namun ia hanya bertahan enam bulan. Petualangannya di Prancis selesai untuk sementara waktu pasca ia menerima pinangan raksasa Turki, Galatasaray di Januari 2005.

Sejatinya, dalam kurun waktu tersebut, Ribert sempat ditaksir beberapa tim macam Ajax, Lens dan Lille. Namun ia memilih Galatasaray dengan status pinjaman dengan obligasi pembelian permanen di akhir peminjaman. Di Ibu Kota Turki, Franck hanya bertahan enam bulan namun kontribusinya bersama tim terbilang lumayan besar.

Ia memulai debutnya kala Galatasaray bersua Samsunspors. Namun perannya terlihat kala ia memberikan assist kepada Hakan Sukur dalam laga klasik kontrak Besiktas. Setelahnya, Ribery mulai menemukan sentuhannya bersama Galatasaray dalam laga-laga berikutnya. Performa impresif pemain Prancis pun berbuah manis. Di bulan Maret, Ribery meneken kontrak permanen hingga tiga tahun ke depan. Ia bisa berrahan hingga 2008.


Baca Juga:


Performa fantastis sang pemain pun membuatnya menjadi pemain favorit di mata fans. Bahkan ia mendapatkan julukan baru sebagai Ferraribery, Ribery yang berlari layaknya mobil Ferrari di atas lapangan. Keagungan nama sang pemain pun luntur seketika, ia pun menjadi sosok yang paling dibenci oleh fans dan semua orang di Galatasaray.

Pasca meneken kontrak hingga 2008 pada bulan Maret, di bulan Juni, Rubery mengambil sikap dengan memutus kontraknya bersama Avrupa Fatihi lantaran gajinya tak dibayar selama empat bulan terakhir. Menilik laporan thesefootballtimes, selama di Turki, ia hanya dibayar satu kali dalam enam bulan terakhir, hal ini jelas mematik kekecewaannya. Pasca memutus kontrak, ia pun mendapat serangkaian ancaman dari manajemen klub. Atitudnya pun dipertanyakan pelatih Erick Garets.

“Aku menyukai kehidupanku di Turki. Fans disana menyukai sepakbola. Mereka seakan hidup untuk Bola. Namun setelah kejadian ini, aku memutuskan untuk hengkang,” ungkapnya dinukil thesefootball times, setelahnya, ia memutuskan dan bergabung dengan Marseille.

Bersinar di Marseile dan Membuka Mata Dunia

Ribery memulai karir cemerlangnya bersama tim asal Pelabuhan pada Juli 2005. Ia datang dengan status bebas transfer. Ia menggunakan nomor 7 yang memang identik untuk seorang winger. Semuanya karirnya di Marseille berjalan baik. Ribery menjalani debut pada akhir Juli dan mengoleksi satu kartu kuning kontra Bordeaux. Gol perdananya hadir pada 17 September kala Les Olympiens menjungkalkan Troyes dengan skor 2-1.

Di musim perdananya, ia sempat membawa Marseille lolos ke partai final Coupe de Ligue. Namun di laga pamungkas, dalam Les Clasique, Marseille harus keok di tangan PSG. Di akhir musim, namanya masuk sebagai pemain muda terbaik versi National Union of Professional Footballer (UNFP).

Ciamiknya nama Ribery membuatnya dipanggil ke Timnas. Ia berduet dengan sang maestro Zinedine Zidane. Duet keduanya di lini tengah berhasil membawa Prancis melaju ke fase final. Zidane pun ditunjuk sebagai kambing hitam pasca perseteruannya dengan Marco Materazzi di babak perpanjangan waktu. Prancis pun pulang dengan status sebagai runner up.

Setelah Piala Dunia, nama Ribery pun laris manis di lantai bursa. Dua tim elit Eropa, Arsenal dan Real Madrid bahkan sempat terlibat perang harga untuk memboying jasa sang pemain. Menukil laman the Guardian, Gunners sempat membuka tawaran di angka 15 Juta Euro. Real Madrid pun membuka angka dua kali lebih besar dari yang ditawarkan Arsenal. Tak hanya itu, Presiden Marseille saat itu, Pape Diouf mengklaim jika Lyon juga meminatinya pasca sang presiden Jean-Michel Aulas mengunjunginya pada gelaran Piala Dunia 2006.


Baca Juga:

Begini Cara Jitu Meredam Pandemic COVID-19!

Giovanni Trapattoni: Satu dari Lima Pelatih Super di Dunia Sepakbola!

Obrolan Vigo Edgar Davids: Pitbull Terakhir dalam Dunia Sepakbola

Obrolan Vigo: Polemik Sponsor di Liga 1 2020


Lyon diklaim telah melakukan pendekatan illegal kepada sang pemain bahkan Diouf sempat melaporkan Aulas ke Ligue de Football Prodessionnel (LFP) terhadap aksi sang rival. Ribery, yang masih mengklaim kecintaan pada Marseille menutup spekulasi liar terkait dirinya dan menyatakan masih akan bermain untuk klub.

Kegemilangan Ribery berlanjut. Ia mampu mencetak sepasang gol di partai pembuka musim 2006/07 melawan Auxerre. Pil pahit harus ditelannya lantaran cedera panglal paha yang memaksanya harus menepi untuk beberapa saat. Setelah cedera pangkal paha, ia kembali bermain dan mencetak gol kembali ke gawang Auxerre. Setelahnya, ia kembali mengalami masalah pada kakinya. Musim yang diharapkan fans Marseille untuk melihat timnya kembali juara harus terkubur dalam lantaran tak maksimalnya peran Ribery di tim asal pelabuhan. Di akhir musim, Marseulle hanya mampu bertengger di peringkat kedua. Sementara Lyon yang masih perkasa sejak 2001 mengunci gelar keenamnya secara beruntun

Bersama Marseille, ia sukses mengantarkan klub bermain di dua laga final. Namun semuanya harus berakhir dengan kekalahan. Total ia mengemas 89 laga untuk Les Olympians di berbagai kompetisi dan menorehkan 18 gol serta 20 assist selama dua musim. Setelahnya, Ribery melangkah ke Jerman untuk bergabung dengan Bayern Munchen dengan mahar 25 Juta Euro pada bursa transfer musim panas 2007.

Melegenda di Bayern

Kedatangan Ribery ke Bayern menimbulkan optimisme tinggi betapa galaknya sektor tengah Die Roten. Saat itu, tim asal Bavaria memiliki pemain berbahaya di lini tengah macam Ze Roberto, Hamit Altintop, Mark Van Boomel hingga Bastian Schweinsteiger. Kombiasi nama-nama tersebut plus berbahayanya lini depan mereka membuahkan Double Winner dalam wujud gelar Bundesliga dan DFB-Pokal di musim 2007/08. Saat itu, Ribery mampu tampil dalam 46 laga dan mengemas 19 gol serta 20 assist. Raihan tersebut membuat investasi Bayern terhadap dirinya berjalan sesuai rencana.

Musim berikutnya, Bayern masih diunggulkan untuk mendulang Bundesliga dan sederet trofi domestik lain. Kenyataan lantas jauh pangggang dari api, Die Roten harus merelakan gelar Bundesliga ke tangan Wolfsburg yang unggul dua poin atas Bayern. Di musim tersebut, berbagai tongkat kepelatihan berganti dua kali dari tangan Jurgen Klinsmann ke Jupp Heynckes.

2009/10 menjadi momentum terbaik dalam karir Ribery. Ia mendapatkan tandem yang kurang lebih sama dengannya di sisi kanan dalam wujud Arjen Robben yang didatangkand dari Real Madrid. Keduanya menjadi busur mematikan dalam tubuh Bayern. Duet Robbery di sisi kanan dan kiri sukses mengembalikan tahta Bayern di kancah domestik dengan mendulang double winner. Bahkan di level Eropa, Die Roten sukses melaju ke partai final sebelum akhirnya dikandaskan Inter Milan di bawah Jose Mourinho yang sukses mendulang treble di musim tersebut.

Setiap musimnya, duet Robben dan Ribery memang terasa begitu mematikan. Raihan gelar lokal dan domestik kerap kali mampir ke almari trofi Bayern, Puncaknya, di bawah asuhan Heynckes, Bayern sukses mendulang gelar Liga Champions mereka yang kelima di musim 2013/14. Di musim tersebut, Ribery mengemas 11 gol dan 23 assist. Sementara Robben mengemas 13 gol dan 13 assist. Kinerja keduanya juga makin apik dengan hadirnya predator buas di lini depan dalam wujud Robert Lewandowski.


Baca Juga:


Perpisahaan merupakan hal yang pahit bagi pesepakbola. Faktor usia dan rentannya cedera hingga merasa cukup dengan sederet prestasi yang sudah direngkuh menjadi alasan pesepakbola untuk menyudahi karir bersama tim yang dibelanya. Hal ini berlaku pada Robben dan Ribery.

Nama pertama memutuskan pensiun sebagai pesepakbola di akhir musim 2018/19 lantaran cedera yang kerap menghantamnya di berbagai kesempatan. Robben memang kerap bermasalah pada kakinya. Pun demikian dengan Ribery yang kerap kali mangkir karena alasan yang sama. Pemain asal Prancis itu memutuskan meninggalkan Bayern pasca sederet kejayaan yang ia berikan kepada klub.

Ribery memutuskan menerima pinangan tim asal Italua, Fiorentina. Ketiadaan kedua winger eksplosif itu membuat Bayern sempat kelimpungan mencari pengganti. Serge Gnarby dipanggil dan mereka coba meminjam Ivan Perisic tuk mengisi kekosongan. Keduanya memang masih membutuhkan waktu untuk kembali nyetel bersama Die Roten. Hal ini bisa dilihat dari inkonsostensi Bayern di berbagai laga awal Bundesliga musim ini. Bahkan hal tersebut memakan korban dengan dipecatnya Niko Kovac dari kursi pelatih

Ferraribery yang Masih Ingin Berlari

Ribery datang ke Firenze di bursa transfer musim panas lalu. Kedatangannya disambut hangat oleh fans Fiorentina yang menunggu di bandara guna menunggu idola baru mereka. Sebelumnya, ia sempat dikait-kaitnkan dengan beberapa tim Jerman lain, Dynamo Moscow, Spartak Moscow, dan Al Nasr. Namun Fiorentina menjadi destinasi Ribery kala usianya sudah memasuki 36 tahun. Konsultan Fiorentina, Joe Barone, menjelaskan alasan sang pemain memilih klubnya.

“Memilih Florence itu mudah! Ini adalah kota seni, cinta, dan dia sudah berbicara bahasa Italia dengan cukup baik. Istrinya mencintai Florence,” kata Barone seperti dikutip dari Football Italia.

“Dia ditawari uang yang banyak di tempat lain, tetapi dia memilih Fiorentina untuk klub yang sedang tumbuh. Dia melihat di bandara betapa pentingnya para fans dalam pilihan ini,” Barone menambahkan.

Sang pemain pun merasa senang bisa mendapatkan kesempatan bermain di Fiorentina dan masih diberi waktu untuk mencicipi ketatnya top flight Serie A. Bahkan sebelumnya, ia sempat berdiskusi dengan Luca Toni, mantan rekannya d Bayern terkait keputusan besarnya tersebut.


Baca Juga:


“Saya di sini bersama keluarga. Kami sedang melakukan sesuatu secara bersama. Saya sudah berbicara dengan Luca Toni (mantan pemain Fiorentina dan Bayern Muenchen) yang memberitahu saya kalau Fiorentina adalah klub besar dan kota yang indah,” ujar Ribery kepada ESPN.

Musim debutnya di Serie A berjalan lumayan baik. Ia sudah mengemas 11 laga dan mencetak sepasang gol serta sepasang assist. Kini performanya harus terhenti untuk sementara waktu lantaran pandemic Corona yang melanda hampir seluruh Eropa. Pasca pandemi berakhir, Ribery masih akan terus berlari dengan seragam ungunya. Satu sampai dua tahun lagi, mungkin kita masih bisa menikmati aksi RIbery di lapangan sebelum pemain Prancis memutuskan gantung sepatu dari lapangan hijau.

Joyeux anniversaire, Franck

Selalu update berita bola terbaru seputar Serie A hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version