Vivagoal – Serie A – Italia menjadi Negara penghasil juru gedor yang lumayan ampuh. Beberapa nama dari masa lampau sampai hari ini kerap menghiasi kompetisi domestik. Di antara nama yang betebaran, tersemat Luca Toni yang mencuri perhatian lantaran sering berganti klub.
Toni lahir di Pavullo nel Frignano, 26 Mei 1977. Ia hadir di generasi yang sama dengan Vicenzo Montella, Francesco Totti, Alex Del Piero, Filippo Inzaghi hingga Marco Di Vaio. Di banding nama-nama tadi, Toni jelas kalah baik dari segi eksposur maupun reputasi. Ia pun memiliki jalan berbeda guna mengerek popularitasnya yakni berpindah dari satu tim ke tim lain. Hal tersebut dimulai sejak kali pertama ia melakukan debut profesional.
Dalam rentang 1994-2001, total ia sudah berganti 6 klub. Modena, Empoli, Fiorenzuola, As Lodigiani, Treviso hingga Vicenza pernah menikmati sevicenya yang kala itu masih berusia belia. Nama Toni mulai dikenal kala ia bermain untuk Brescia bersama Si Kuncir Ilahi, Roberto Baggio dan Pep Guardiola.
Keduanya memiliki peran berbeda. Baggio lebih bermain sedikit ke belakang sebagai trequartista sementara tugas sebagai target man diberikan kepada Toni. Di musim perdananya ia sukses mendulang 13 gol. Meski begitu, Toni bukanlah tipikal pemain dengan mobilitas tinggi. Ia terbilang sangat kaku untuk seorang striker. Namun terkait finishing dan berduel dengan defender lawan, namanya layak dikedepankan.
Baca Juga:
- Karakter Antarkan Evra Pada Perjalanan Karier Dramatis
- 5 Rekomendasi Film Sepak Bola Inspiratif di Netflix
- Perjuangan Panjang Untuk Memulai Kembali Sepak Bola
- 5 Pencapaian Menakjubkan Alex Morgan
Namanya pun mulai disandingkan dengan beberapa striker top macam Hernan Crespo hingga Vicenzo Montella. Secara kemampuan, dua nama ini memang lebih mentereng dibandingkan Toni. Mulai dari klub yang mereka bela dan berbagai aspek lainnya. Bermain di Brescia jelas membuat namanya kurang diapresiasi.
Musim kedua, Toni mulai jarang bermain namun di waktu yang bersamaan, klub asal Lombardy sukses lolos ke Piala Intertoto. Namun Pep Guardiola memutuskan hengkang ke AS Roma. Baggio tua masih bertahan dan Toni berada di persimpangan.
Mulai Dikenal Publik Italia
Di akhir musim 2003/04, Toni membuat langkah mengejutkan dengan hengkang ke Palermo yang kala itu masih bermain di Serie B. Tim asal Sicilia mengusung misi untuk tampil di Serie A untuk kali pertama dalam 30 tahun. Hal tersebut sukses diwujudkan dan nama Toni menjadi bagian penting dalam tim. Ia sukses meraih gelar sebagai top skor Serie B dengan 30 gol. Bahkan di tahun yang sama, namanya masuk ke dalam skuat Timnas Italia.
Baca Juga:
- Menyelami Kultur Tribun Lewat Film Ultras
- Ricardo Kaka: Si Religius Penghancur Messi-Ronaldo di Ballon d’Or
- Vincent Kompany: Benteng Pertama dalam Revolusi Manchester City
- Franck Ribery: Ferrari dari Prancis yang Masih Terus Berlari
Sukses bersama Palermo masih berlanjut. Toni kembali sukses mencetak banyak gol untuk tim Kota Mafia. Di musim keduanya, Rosanero sukses meraih tiket ke Europa League dan Toni mampu mengemas 20 gol. Reputasi Toni sebagai seorag striker top pun mulai diperhitungkan. Meski mendulang sukses bersama klub, ia membuat sebuah keputusan kontroversial yakni dengan membelot ke kontestan Serie A lain, Fiorentina.
La Viola yang kepincut dengan torehan 50 gol Toni dalam dua musim membawanya ke Firenze dengan mahar 10 Juta Euro. Keputusan ini sempat menjadi buah bibir terutama bagi fans Palermo. Di musim pertamanya bersama Fiorentina, ia sukses mengemas 31 gol di kancah Serie A. Hal tersebut menjadi spesial lantaran belum ada pemain asal Italia yang mencetak lebih dari 30 gol dalam kurun waktu 51 terakhir. Hal tersebut jelas menjadi momen terbaik untuk catatan rekor individu yang ia kemas semasa menjadi pemain profesional.
Dalam tiga musim berturut-turut, ia sukses mengemas 81 gol. Bahkan di musim 2006/07, Toni berhasil menjadi salah satu striker yang paling diperhitungkan di Eropa. Hal tersebut membuatnya masuk ke Piala Dunia 2006. Spesialnya, di tahun tersebut, Italia keluar sebagai juara. Hal manis pun diraih Toni: Reputasi sebagai striker mulai terangkat dan namanya dikenal ke seantero dunia.
Hengkang ke Jerman
Hadirnya skandal di italia lantaran Calciopoli memberikan banyak dampak. Fiorentina, tim yang dibawanya betengger di peringkat empat pada tahun 200/06 harus terperosok ke peringkat sembillan. Poin mereka pun tereduksi hingga 15. Tak hanya itu, kasus yang sama membuat gol Toni terkikis 16 digit. Angka ini memang terbilang besar terlebih untuk pemain yang baru mendapatkan popularitas macam Toni.
Bayern Munchen, yang baru saja ditinggal Roy Makaay yang memutuskan pulang ke Belanda membuat Bayern mau tak mau harus mencari mesin gol baru. Pilihan pun jatuh kepada Luca Toni. Kedatangan Toni sendiri didukung penuh oleh legenda klub Franz Beckenbauer. Der Kaizer mengungkapkan bahwa Tonigol merupakan jaminan pundi-pundi gol bagi timnya.
Jarang ada pemain Italia yang hengkang ke Negara lain di usia produktif. Kebanyakan dari mereka hengkang kala usianya sudah menua. Del Piero pergi ke Australia pada usia 28. Marco Di Vaio dan Alessandro Nesta hengkang ke Montreal Impact saat keduanya berusia 26 tahun. Satu-satunya anomali hadir pada Marco Verratti, ia memutuskan hengkang ke PSG pada usia 20 tahun. Namun PSG bukanlah destinasi perualangan mengingat mereka tak memiliki rival ketat di kancah domestik. Toni melakukan hal yang berbda
Datang di bursa transfer musim panas 2007 dengan mahar 11 juta Euro pada usia 30 tahun, ia mendapatkan nomor 9. Namun, tempat di tim utama tak serta merta menjadi miliknya. Ia harus bersaing dengan Miroslav Klose sebagai juru gedor tim. Toni memenangkan persaingan dan mencetak 39 gol di berbagai kompetisi pada musim perdananya. Musim tersebut juga sukses membuat Die Roten mengoleksi treble winner domestik.
Baca Juga:
- Marc Overmars: Si Kaki Kaca Pertama dari Belanda
- Obrolan VIGO: Manuel Neuer, Kiper Kebanggaan Timnas Jerman
- Salah Langkah Fernando Torres yang Berujung Nestapa!
- Begini Cara Jitu Meredam Pandemic COVID-19!
Musim kedua penyerang Italia tak berjalan sesuai rencana. Bayern harus merelakan gelar Bundesliga berpindah tangan. Ia juga hanya mamp mengemas 14 gol di kancah domestik. Torehan terseebut turun 10 angka dibaning musim sebelumnya. Bahkan namanya sempat bersitegang dengan Louis Van Gaal yang menjadi pelatih Bayern di musim ketiga Toni. Namanya mau tak mau terdepak dari skuat dan ia kembali harus menjalani hidup sebagai nomaden dengan berpindah dari satu tim ke tim lainnya.
Bangkit dari Kematian Bersama Verona
Pasca membela Bayern, Toni mulai berpindah dari satu tim ke tim lain. Dalam empat musim di Serie A. Ia bermain untuk beberapa tim seperti AS Roma, Genoa, Juventus hingga Al Nasr. Karir Toni seakan sudah habis tatkala ia memutuskan gabung ke dataran Arab. Bahkan dalam kesempatan tersebut, ia hanya mampu mengemas 13 gol dari 80 penampilan.
Namun, Toni menolak menyerah, pasca liburan singkat di Uni Emirat Arab. Di tahun 2012, ia memutuskan pulang ke Fiorentina dengan keadaan yang berbeda dibanding sebelumnya. Rasio gol sudah menurun dan ia hanya bertahan selama semusim dengan catatan 8 gol dari 27 penampilan. Meski tampil buruk.
Musim panas 2013 menjadi awal berbagungnya Tonigol ke Hellas Verona yang baru saja promosi ke Serie A. Ia sudah memiliki segudang pengalaman bagai striker ulung dan Gialloblu menjadi tim ke-16 sepanjang karir sepakbolanya. Bermain di tim promosi dan usianya yang sudah menua membuat ekspektasi tak terlalu dibebankan kepadanya. Pengalaman membuatnya tahu apa yang harus dipetbuat.
Verona menjadi tim yang membuatnya bergairah. 20 gol ia lesatkan untuk tim yang bermarkas di Marc Antonio Bentegodi. Spesialnya, catatan itu ia kemas di usia yang sudah menginjak 36 tahun. Musim keduanya pun juga berjalan baik. Tiga musim membela Verona, Toni sukses mengemas 100 laga dan mencetak 51 gol serta 14 asssit di berbagai kompetisi. Tepat di akhir musim 2015/16, Toni memtuskan pensiun dari lapangan hijau.
Baca Juga:
- Giovanni Trapattoni: Satu dari Lima Pelatih Super di Dunia Sepakbola!
- Obrolan Vigo Edgar Davids: Pitbull Terakhir dalam Dunia Sepakbola
- Obrolan Vigo: Polemik Sponsor di Liga 1 2020
- Obrolan Vigo: Keberlangsungan Liga 1 Terancam Virus Corona?
21 tahun bermain sebagai pesepakbola, ia sudah berganti klub sebanyak 15 kali. Kesetiaan memang tak terpatri kepadanya. Namun ia selalu tampil konsisten kala berpindah dari satu klub ke klub lainnya. Toni mengajarkan kepada kita jika keluar dari zona nyaman merupakan hal yang harus dilakukan guna mengaktualisasi diri. Pengakuan adalah soal lain saat konsistensi performa bosa dengan mudah didapatkan.
Semasa bermain, ia sukses mengemas 595 laga di berbagai kompetisi dan mencetak 288 gol dan 59 assist untuk semua tim yang ia perkuat. Di level tim nasional, Toni mampu mengepak 49 laga dan mencetak 16 gol bagi Gli Azzurri. Tanti Auguri, Luca!
Selalu update berita bola terbaru seputar Serie A hanya di Vivagoal.com