Site icon Vivagoal.com

Aubameyang: Pembunuh Berdarah Dingin dari Gabon

Aubameyang: Pembunuh Berdarah Dingin dari Gabon

Vivagoal Liga Inggris – Arsenal mungkin bakal berstatus sebagai tim medioker andai mereka tak memiliki Pierre-Emerick Aubameyang di lini depan mereka. Pasalnya, sang pemain kerap menjadi juru selamat di tengah bobroknya performa Gunners dalam beberapa musim terakhir.

Aubameyang yang lahir di Gabon, 18 Juli 1989 memang sudah menunjukan catatan mencetak gol yang lumayan masif pasca dirinya masih bermain di Prancis seperti kebanyakan pemain Afrika pada umumnya. Ia memulai karir di akademi FC Rouen di tahun 2005. Tak berselang lama, Auba muda menerima pinangan SC Bastia yang kerap menelurkan bibit-bibit muda terbaik di Prancis.

Perjalannya di Prancis terhenti sesaat tatkala AC Milan membuka penawaran untuk dirinya. Tak lama berselang, dirinya tergabung dalam tim muda Milan yang kala itu bermain di Inagural Champions Youth Cup pada 2007. Dalam laga yang ia lakoni, Auba tampil impresif dengan mengemas 7 gol dari 6 laga yang dimainkan.

Berada di tim muda Milan pada medio tersebut membuat namanya mau tak mau terpinggirkan. Sekedar catatan di musim 2007/08 Milan memiliki striker top macam Filippo Inzaghi, Alberto Gilardino, Ronaldo Nazario hingga Alberto Paloschi sehingga kansya bermian di tim utama praktis tertutup. Untuk menambah jam terbang, Rossonerri pun meminjamkan sang pemain ke tim Prancis lain, Dijon.


Baca Juga:


Dijon yang bermain di Ligue 2 menjadikan Auba tumpuan di musim 2008/09. Sebagai penyerang muda, Auba sukses mengemas menit bermain yang cukup. Ia memainkan 37 laga di berbagai kompetisi dan mengepak 8 gol dan sepasang assist. Setelah penampilan impresifnya, berbagai klub Prancis mulai membuka proposal penawaran kepada Milan dan Lille menjadi tim yang beruntung mendapatkannya semusim berselang.

Namun Lille, sinar Auba meredup. Bermain di Ligue 1 jelas berbeda dengan Ligue 2. Lille seakan bukan taman bermain yang cocok untuk Auba meski dalam skuat besutan Rudi Garcia tersemat berbagai pemain muda potensial macam Eden Hazard, Yohan Cabaye, Gervinho hingga Mahieu Debuchy.

Karirnya bersama Lille mandek, ia hanya memainkan 24 laga di berbagai kompetisi. Torehan tersebut mau tak mau membuatnya harus kembali ke Milan. Rossonerri yang masih yakin dengan kapasitas sang pemain kembali meminjamkannya ke tim lain. Kali ini, AS Monaco menjadi destinasi berikutnya di musim 2010/11.

Sama seperti di Lille, namanya lagi-lagi ta mencuat. Ia kalah bersaing dengan juru gedor asal Korea Selatan, Park Chu-young yang sukses menjadi top skor klub dengan raihan 12 gol. Di waktu yang bersamaan, Auba hanya mampu mengemas empat gol dari 33 laga yang ia lakoni. Bahkan di akhir musim, Les Monégasques harus terdegradasi lantaran hanya duduk di peringkat 18 klasemen akhir Ligue 1.

Sinar Terang yang Terlihat

Perjalanan Auba di Prancis masih berlanjut di musim selanjutnya. Saint-Etienne menjadi destinasi anyar sang pemain. Bermain bersama Les Verts membuat Auba seakan berada di rumah. Naluri golnya mulai terbuka lebar.

Di musim perdana, ia sukses mengemas 18 gol dari 38 laga yang ia mainkan di berbagai kompetisi. Melihat potensi besar sang pemain bersama klub, Saint-Etienne pun mempermanenkan pemain yang sempat memperkuat Prancis U-21 di akhir musim. Sebagai pelicin, dana tak kurang dari 1,8 Juta Euro dikeluarkan guna menebusnya dari AC Milan.

Sukses di Etienne membuat nama Auba dipanggil Timnas Gabon untuk berpartisiapsi di Piala Afrika 2012. Di ajang terbesar se-Afrika itu, Gabon sukses menembus babak perempat final. Capaian Auba menyamai torehan ayahnya Aubameyang Sr yang mecatatkan hal serupa 16 tahun silam.

Pasca Piala Afrika, Auba mengenyam trofi perdananya sebagai pesepakbola kala membawa Rtienne menjuarai Coupe de la Ligue Final musim 2012/13. Di musim tersebut, Auba juga sukses mengepak 21 gol serta 14 assist dalam 45 laga yang ia mainkan. Jelang dibukanya bursa transfer, Auba sukses menarik minat para tim dari berbagai Negara seperti Russia, Inggris dan Jerman.


Baca Juga:


Pada akhirnya, Auba memilih tim yang tepat. Ia resmi hengkang ke Borussia Dortmund pada musim panas 2013 dengan mahar 13 Juta Euro guna mempertebal lini depan Die Borussen. Kepergian Auba ke Dortmund membuat pemilik klub, Berbard Caiazzo senang.

“Auba merupakan pemain yang rendah hati dan sangan profesional. Ia menerima banyak tawaran besar dari tim lain dan memilih Dortmund bukan dari sisi finansial. Ia sudah membuat pilihan bagus dalam karirnya,” ungkap Caiazzo, diwartakan Thesefootballtimes.

Goal Machine

Auba memulai musim perdananya di Dortmund pasca klub meraih kesuksesan di ajang Bundesliga pada 2011 dan 2012. Di musim perdananya bersama Die Borussen, pemain Gabon tampil spektakuler. Ia sukses beradaptasi dengan klub dan mampu mengemas 16 gol dan 5 assist dalam 48 laga. Bahkan, Die Borussen juga sukses mendulang DFL Super Cup.

Musim kedua berjalan lebih baik bagi Auba. Kepergian Robert Lewandowski ke Bayern mau tak mau membuat Dortmund mendatangkan Ciro Immobile dari Torino. Meski digadang menjadi suksesor Lewi, sang pemain gagal buktikan diri. Sebagai ganti, Auba justru tampil impresif. Total, mantan punggawa AS Monaco sukses membukukan 25 gol dalam 45 laga yang dimainkan.

Sepeninggal Klopp yang hengkang ke Liverpool, Dortmund dilatih Thomas Tuchel. Di bawah asuhan Tuchel, Auba bertransformasi menjadi striker yang mematikan. Posisinya ditaruh lebih ke tengah alih-alih bermain melebar. Bahkan boleh dibilang, Tuchel yang menjadikan Auba sebagai mesin gol baru Dortmund. Di musim 2015/16, Auba sukses mengoreksi 39 gol dalam 49 penampilan. Berbagai golnya kerap hadir di dalam kotak penalti. Sang pemain mengaku terinspirasi permainan Hernan Crespo dan Ronaldo Nazario.

Tak berhenti sampai di situ, performa apik Auba pun berbuah manis pasca ia mendapakan gelar sebagai pemain terbaik Afrika dan Bundesliga di musim tersebut. Ia mengaku ada peran besar Tuchel dalam kesuksesan karirnya. “Di musim kepelatihan Tuchel, ia memainkanku di posisi penyerang tengah, Aku sangat menikmatinya. Permainan kita juga berubah. Kami selalu menunggu waktu yang tepat untuk mencetak gol,” ungkapnya.

Ketajaman Auba masih berlangusng. Di musim 2016/17 sang pemain kian tampil menggila di kancah domestik. Kedigdayaan Robert Lewandowksi sebagai penguasa top skor Bundesliga sukses ia koyak. Di musim tersebut, Auba sukses mengemas 31 gol dan membawa Dortmund menjuarai DFB-Pokal sekaligus menjadi gelar terakhirnya bersama tim yang bermarkas di Signal Iduna Park.


Baca Juga:


Penampilan apiknya bersama empat setengah musim di Dortmund membuat Arsenal, yang kala itu membutuhkan mesin gol anyar tertarik untuk membawanya ke London Utara. Gunners bahkan harus memecahkan rekor transfer klub saat itu di angka 56 Juta paun untuk membawanya keluar Jerman guna berlabuh di Negeri Ratu Elizabeth.

Permata di Tengah Bobroknya Arsenal

Bergabung ke Arsenal di bursa transfer musim dingin, mau tak mau membuat Auba harus beradaptasi dengan cepat guna mengerek performa tim yang kala itu masih ditangani Unai Emry. Dalam setengah musim, Auba sukses buktikan diri dengan mengemas 10 gol dan empat assist dari 19 laga yang dimainkan. Namun di akhir musim, Gunners hanya mampu duduk di peringkat keenam.

Pasca ditinggal Wenger, Arsenal memang menjelma menjadi tim semi-medioker. Mereka tak mampu bersaing di zona Liga Champions. Kedatangan Auba seakan hanya bertugas sebagai pendulang gol bagi Gunners sementara Prestasi tim kian tak menentu. Berturut-turut, pemain asal Gabon menjelma menjadi predator ulung. Musim lalu, ia sukses mengepak 22 gol di kancah domestik sekaligus menjadikan dirinya bersama Mo Salah dan Sadio Mane sebagai top skor Premier League. Total, Auba sukses membukukan 31 gol dari 51 laga.

Torehan tersebut berbanding terbalik dengan prestasi Arsenal. Meski tampil lebih baik dengan bertengger di peringkat kelima dan lolos ke partai puncak Europa League, performa Gunners dikritisi keras lantaran tak sesuai ekspektasi meski dana besar dikucurkan guna mendatangkan sederet nama anyar.

Musim ini pun berjalan demikian. Drama disharmoni ruang ganti menjadi bumbu. Unai Emery dipecat karena hasil tak sesuai selera. Mikel Arteta datang sebagai suksesor. Di tengah carut marutnya performa Arsenal, Auba masih menunjukan taji. Sejauh ini, ia sukses mengepak 17 dari 40 gol yang ditorehkan tim gudang peluru di kancah Liga. Namun spekulasi terkait masa depannya tak menentu pasca sang pemain belum meneken ekstensi kontrak baru bersama Arsenal. Sekedar catatan, eks Saint-Etienne menyisakan masa bakti selama setahun bersama Arsenal.


Baca Juga


Terkalit polemik kontrak barunya, analis Sky Sports sekaligus mantan pemain Liverpool, Jamie Carragher buka suara. “Pada tahap ini, tidak ada keraguan soal itu. Aubameyang memang terlalu bagus buat Arsenal. Anda berusaha mati-matian mempertahankan mereka karena Anda berpikir sebagai sebuah klub, Anda ingin membangun tim di sekitar pemain semacam ini dan kalau ia pergi, Anda merasa seperti harus memulai lagi,” ungkapnya.

Bahkan Auba sendiri beberapa waktu lalu pernah buka suara terkait masa depannya. Ia merasa klub masih mengulur waktu untuk kontraknya. Beberapa kabar menyebut jika Arsenal kekurangan dana untuk mempertahankan bintangnya. Hal tersebut yang mau tak mau membuat mereka menunda pembicataan terkait kontrak anyar.

“Hingga saat ini, saya belum menerima tawaran dari beberapa pihak klub. Namun, hanya untuk diskusi dan memberikan tawaran sudah pernah ada,” ujar Aubameyang dikutip dari Telefoot.

“Saat ini, yang bisa menentukan masa depan saya di Arsenal hanyalah pihak manajemen tim Arsenal. Mereka harus mencari cara agar saya tetap berada di sini. Namun, kita lihat saja apa yang akan terjadi nantinya,” imbuhnya.

Selalu update berita bola terbaru seputar Liga Inggris hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version